Jangan suka bohong, ini dampak negatifnya - Berbohong memang pernah dilakukan hampir semua orang, meskipun berbohong untuk kebaikan atau disebut juga 'bohong putih'. Akan tetapi, yang tidak baik adalah berbohong untuk keburukan, seperti berbohong tidak mengakui kesalahan dan sebagainya.
Sedangankan dalam aspek Agama sendiri, berbohong tidak pernah dibenarkan oleh Agama manapun, karena hal tersebut adalah perbuatan tercela dan berdosa. Saat seseorang berbohong, pasti ia merasakan tidak tentram dalam hatinya. Selain akan berdampak tidak baik secara psikis, ternyata berbohong juga akan menimbulkan dampak negatif untuk kesehatan jasmani.
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Notre Dame menunjukkan bahwa setiap kali orang berbohong minimal satu kali dalam seminggu seseorang tersebut akan mengalami sakit kepala, sulit tidur hingga radang tenggorokan.
Dari 100 responden yang dilibatkan dalam studi tersebut ditemui bahwa mereka memiliki tingkat stres yang cukup tinggi. Mereka terbukti berbohong setelah dilacak menggunakan alat pendeteksi kebohongan.
Seseorang yang berbohong akan mengalami peningkatan pada hormon stres seperti adrenalis dan kortisol dalam tubuhnya. Hal tersebutlah yang membuat fisik dan mental seseorang menurun dikarenakan sering berbohong. Dengan demikian, orang yang memiliki tingkat stres tinggi akan menemui banyak masalah seperti sulit tidur, pegal, gangguan detak jantung, sakit kepala.
Sebaliknya, orang yang selalu berbuat kejujuran akan merasa bahagia, karena dapat mengendalikan hormon stres dan meningkatkan hormon bahagia seperti oksitosin. Selain itu, orang jujur cenderung memiliki fisik dan mental yang lebih kuat.
Nah, agar kita dapat menghindari perilaku kebohongan untuk menutupi kebohongan lain, sebaiknya kita selalu berperilaku baik dan santun, dan sesuai dengan ajaran Agama maupun tata krama yang ada. Kebohongan muncul karena sifat buruk kita yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.