By: Nandang Burhanudin
Teroris bagi saya adalah: manusia yang tak memiliki kepedulian
terhadap individu yang membuatnya besar atau tidak lagi peduli dengan tuntunan
yang menjadi komitmen saat segala keinginan belum terlaksana. Gaya teroris
dalam memimpin adalah, saat tak lagi peduli dengan kondisi rakyat kebanyakan.
Yang ia pikirkan hanya balas budi pada donatur dan mafia yang menjadi suplier
dana-media-iklan.
Pemimpin dengan gaya teroris saat ini menguasai 95 % wilayah
yang mayoritas penduduknya Muslim. Bangladesh, baru saja membunuh kembali
pemimpin partai ISlam Bangladesh di penjara. Setelah sebelumnya menghukum
gantung Ketua Partai Islam Bangladesh.
Mesir bernasib sama. Pemimpin IM divonis 12 kali hukuman; 4 x
hukuman mati, 8 kali hukuman penjara seumur hidup. Nilai-nilai dan norma
keIslaman dicampakkan. Bahkan Junta kudeta tak peduli dengan Presiden Mursi
yang terpilih melalui demokrasi pertama di Mesir. Malah kemarin, As-Sisi
memberlakukan wilayah Sinai harus bersih dari penduduk. Sesuatu yang sangat
diinginkan ISrael. Di mana pada saat Mursi berkuasa, Sinai menjadi prioritas
untuk dimakmurkan.
Kini Indonesia akan bernasib sama. Tengoklah gaya kepemimpinan
Ahok. Ia tak peduli dengan keluhan mayoritas masyarakat Muslim Jakarta. Tapi ia
tak mampu mengatakan "tidak" saat sang tuan meminta pesta pora.
Jokowi-JK mengarah kepada kepemimpinan gaya teroris. Mereka akan seenaknya
menaikkan Bensin-Solar. Dalihnya dibuat logis: menghemat 20 Triliyun. Tapi tak
peduli kebocoran dimana-mana 1000 T. Tak peduli inflasi harga-harga. Tak peduli
nasib 50 juta rakyat yang berpenghasilan kurang 2 dollar perhari. Itu gak
penting. Yang penting perusahaan minyak asing mengeruk keuntungan. Titik.
Gaya kepemimpinan teroris selalu haqqul yaqin. Tak ada yang
mampu menghambat keputusannya. Jika menghambat atau sekedar mengkritisi, maka
siap-siap menghabisi. Bangladesh, Mesir, Syiria, Saudi Arabia, Irak, Yaman,
Indonesia, tengah berduka!