Breaking News
Loading...
Kamis, Juni 12, 2014

Info Post

Bukan mustahil isu keterlibatan Bintara Pembina Desa (Babinsa) di Pilpres 2014 sengaja dihembuskan pihak tertentu untuk membangun opini seolah TNI tidak netral.
Terlebih kemarin, Panglima TNI Jenderal Moeldoko telah membantah secara tegas keterangan dari Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Andika. Pertanyaannya, kenapa keterangan Kadispenad tidak sinkron dengan atasannya?
"Fakta yang sangat menarik dan silakan disimpulkan sendiri. Brigjen Andika yang memberikan keterangan keterlibatan Babinsa di Cideng yang mendukung capres tertentu, adalah menantu Jendral (purn) Hendropriyono, timses pemenangan Jokowi," beber pengamat politik dan hukum dari The Indonesian Reform, Martimus Amin (Senin, 9/6).
Martimus melanjutkan, berdasar informasi yang diperolehnya, Brigjen Andika sewaktu berpangkat mayor juga diperbantukan mertuanya, Hendropriyono, sebagai pimpinan pasukan penangkapan Al Farouk yang dituding teroris. Tanpa berkoordinasi dengan Kepolisian RI, Al Farouk diserahkan kepada Pemerintahan AS. Padahal, jika ditilik tempat kejadian, pemerintahan Indonesia cq kepolisiaan RI yang berhak melakukan penyidikan dalam kepentingan mengorek dan membongkar akar jaringan terorisme di Indonesia. Anehnya, operasi penangkapan tersangka teroris di bawah kendali langsung BIN dan ditunjuk menantunya, Brigjen Andika.
The Washington Post koran terbesar di AS, bahkan menulis bahwa CIA telah membentuk pusat operasi atau intelijen antiteror di lebih dari dua lusin negara. Salah satunya Indonesia. Juga diceritakan Hendro bersedia bekerja sama dengan AS dalam bidang apa pun. Ia disebut kerap menjalin kontak dengan mantan Direktur CIA George Tenet, bahkan melalui telepon dan kunjungan dinas. Tidak heran banyak pihak menuding Hendro agen CIA.
"Cuplikan kisah jelas tergambar betapa piawai dan lihainya Hendro," jelas Martimus.
Selain mampu menghindari tuntutan hukum dalang pembunuh aktifis HAM 'Munir, Martimus juga menuding Hendro lepas tanggung jawabnya sebagai Korem Garuda Hitam yang mengintruksikan pembantaian massal warga Talangsari lampung. Catatan laporan sebuah LSM, pembantaian dilakukan Hendro tidak hanya terhadap orang dewasa juga anak-anak kecil.
"Tepat jika International Human Rights menjuluki Hendro 'raja jagal'," tegas Martimus.
Karena itu, dia mensinyalir bergabungnya Hendro mendukung Jokowi memainkan peran strategis. Hendro yang kini pemilik firma hukum besar tentu mempunyai banyak motif dan kepentingan.
"Salah satunya mengamankan posisi hukum obligor BLBI yang berlindung pada era kekuasaan Megawati dan kini berhimpun pada Jokowi," tuding Martimus.
Sumber: rmol/suaranews

_____

LIKE and SHARE

.......... BACA SELANJUTNYA