JAKARTA - Pernyataan bakal calon Presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo
yang menegaskan pencapresan dirinya tidak bisa diganggu gugat, dinilai
sebagai tanda Gubernur DKI Jakarta itu mulai haus kekuasaan.
Pemerhati
sosial dan politik dari Universitas Mercu Buana, Tamil Selvan
mengatakan hasil hitung cepat yang menunjukkan PDIP hanya mendapat 19
persen perlu dicerna lebih dalam.
Menurutnya meski PDIP berada
dalam posisi tertinggi, namun kenaikannya tidak signifikan seperti
Gerindra dan PKB. Ia mengatakan hal itu bisa saja dikarenakan mulai
munculnya keraguan pada sosok Jokowi sebagai capres PDIP.
"Saya
menilai keraguan muncul pada simpatisan PDIP karena munculnya Jokowi
sebagai capres. Hal ini banyak menuai kontra di masyarakat Jakarta yang
mengatakannya haus kekuasaan," kata Tamil dalam pernyataannya, Kamis
(10/4/2014).
Tamil juga menyoroti hasil hitung cepat yang
diperoleh Golkar dan Demokrat. Dimana menurutnya angka persentase yang
didapat menurun dari hasil sebelumnya, terutama partai Demokrat yang
sebelumnya 26,79 persen menjadi 9,77 persen.
"Walaupun ini baru
hasil quick count, namun tidak dapat ditampikkan bahwa kepercayaan
masyarakat mulai menurun terhadap dua partai tersebut. Ini merupakan
bukti, bahwa track record partai dan tokohnya menjadi hal penting dalam
vote getter," paparnya.
"Gerindra dan PKB mampu menembus angka
yang cukup jauh dari hasil perolehan sebelumnya. Gerindra berhasil
mencapai angka 12,32 persen, ini peningkatan yang luar biasa dari angka
sebelumnya 4,64 persen. PKB yang mendapatkan kenaikan cukup signifikan
dengan bergabungnya Rhoma Irama. Rhoma efek lebih berpengaruh daripada
Jokowi efek dan efek tokoh lainnya," tutupnya. [tribunnews]