Breaking News
Loading...
Sabtu, Juli 05, 2014

Info Post

Prabowo Dan Rahasia Bantuannya Pada Palestina

Jakarta - Adalah sebuah kesalahan besar dan sangat fatal saat ada yang berusaha memasang jebakan terhadap Prabowo Subianto dengan mengangkat isu soal Palestina dalam debat capres ketiga pada Minggu (22/6/2014) lalu.
Jebakan ini justru berbalik yaitu malah menjadi sangat menguntungkan Prabowo Subianto dan semua mitra koalisinya.
Harusnya sudah diperhitungkan baik-baik bahwa isu Palestina bukanlah isu yang seksi untuk diusung ke panggung debat capres dengan formasi koalisi yang dimiliki Prabowo Subianto.
Walau tidak mendukung secara resmi tetapi bayangan akan adanya dukungan Partai Demokrat terhadap Prabowo Subianto harusnya dipertimbangkan untuk isu Palestina.
Mengapa?
Sebab Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Umum DPP Partai Demokrat, dalam dua periode pemerintahannya, sudah berbuat begitu banyak dan nyata untuk membantu rakyat Palestina.
Terutama di jalur diplomasi, teristimewa di forum Perserikatan Bangsa Bangsa dan organisasi lainnya yang mengikut-sertakan Indonesia sebagai anggota.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, diplomat kebanggaan Indonesia, tercatat begitu berani melawan dan mengutuk Israel, saat rombongan pada menteri dari sejumlah negara dihadang dan dilarang masuk ke Tepi Barat melalui pintu perbatasan yang berada dibawah otoritas Israel.
Marty jugalah yang dengan gencar melobi banyak kalangan atas nama pemerintah Indonesia untuk semakin memperkuat dukungan terhadap Palestina di jalur diplomasi.
Kemudian yang menjadi sebuah realita sangat penting, di dalam mitra koalisi yang dibangun Prabowo Subianto menghadapi Pilpres 2014, ada faktor Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menjadi “sahabat sehati sejiwa” bagi Hamas, yang secara de facto menguasai pemerintahan di Jalur Gaza.
Salah satu serangan  dari Angkatan Udara Israel dalam Perang Gaza di bulan Januari 2009
Yang harus dipelajari dan diketahui oleh siapapun yang ingin menjadi calon presiden jika hendak menyentuh isu-isu internasional, apalagi isu yang sangat penting semacam perdamaian Timur Tengah, banyaklah membaca berbagai referensi tentang isu-isu tersebut.
Jangan sampai, dalam keadaan yang sangat awam dan kurang pengetahuan, isu sepenting ini diangkat ke forum resmi yang ditonton oleh ratusan juta rakyat Indonesia dan kalangan internasional.
Ketahuilah bahwa didalam Palestina, saat ini terdapat dua faksi yang sangat dominan menguasai perpolitikan disana yaitu Fatah yang memimpin pemerintahan resmi di Tepi Barat, dan Hamas yang menguasai pemerintahan di Jalur Gaza melalui kepemimpinan Ismail Haniyeh sebagai Perdana Menteri.
Selama ini seluruh dukungan internasional kepada Palestina, disalurkan dan diberikan kepada pemerintahan resmi Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas.
Tapi saat Perang Gaza terjadi dari tanggal 27 Desember 2008 sampai tanggal 18 Januari 2009, dukungan internasional mengalir ke Jalur Gaza yang dikuasai secara de facto oleh Hamas.
Presiden Mahmoud Abbas tidak secara leluasa bisa menjangkau dan mengatur sistem pemerintahan di Jalur Gaza.
Sebab secara penuh sepenuh-penuhnya, Hamas menguasai Jalur Gaza.
Dalam Pemilu yang digelar tahun 2006, Hamas merebut 76 dari 132 kursi dalam pemilihan umum Palestina, sementara partai berkuasa Fatah memperoleh 43 kursi.
Tak lama setelah diketahui hasil resmi Pemilu di tahun 2006 tersebut, Fatah mengakui kekalahan mereka dari Hamas. Disusul dengan pengunduran diri dari Perdana Menteri Ahmed Qorei yang menyampaikan permohonan pengunduran dirinya kepada Presiden Mahmoud Abbas pasca kekalahan tersebut.
Mengapa dukungan dan bantuan resmi dari komunitas internasional tidak bisa maksimal disalurkan kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza?
Sebab sampai saat ini, nama Hamas masih dimasukkan dalam daftar hitam kelompok ekstrimis yang dikategorikan sebagai teroris oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat dan sejumlah besar Negara-Negara Uni Eropa.
Yang secara konsisten terus membantu rakyat Palestina di Jalur Gaza adalah Negara-Negara Arab, dan tetangga sekitar (diluar Israel) yaitu Suriah, Iran, Hezbollah, Mesir, Yordania, Qatar, Kerajaan Arab Saudi dan Negara-Negara Arab lainnya.
Khaled Meshaal, Mahmoud Abbas dan Ismail Haniyeh
Perang Gaza yang manakah, yang disebut oleh Duta Besar Palestina bahwa Prabowo Subianto memberikan bantuan sebesar Rp 500 juta untuk rakyat Palestina?
Perang Gaza yang dimaksud sang duta besar adalah saat Pemerintah Israel dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Ehud Olmert memerintahkan Israel Defense Forces (IDF) untuk mulai melakukan serangan balasan sejak tanggal 27 Desember 2008 sampai 18 Januari 2009.
Mengapa disebut serangan balasan dari Israel untuk Hamas?
Serangan balasan dari pihak Israel dilakukan adalah untuk membalas serangan sayap militer Hamas yang melakukan serangan berupa ratusan roket ke arah Israel pada malam Natal tanggal 24 Desember 2008.
Dalam serangan di malam natal itu, tidak cuma satu roket yang ditembakkan Hamas, tetapi mencapai ratusan roket.
Setiap menit, Israel diguncang roket Hamas, di malam yang sangat penting bagi umat Kristen di seluruh dunia yaitu di malam natal atau Christmas Eve.
Israel mendiamkan serangan di malam natal.
Selama 3 hari penuh, Israel berdiam diri.
Samasekali tidak ada pernyataan protes dan tak ada balasan apapun sepanjang Hamas menyerang Israel di malam natal.
Selama tiga hari, Israel memutuskan untuk berdiam diri dan benar-benar bungkam untuk menyiapkan serangan balasan mereka.
Barulah pada tanggal 27 Desember, serangan itu dilancarkan dengan dipimpin langsung oleh Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Gabi Ashkenazi dan Kepala Staf Angkatan Udara Israel (IAF) Mayor Jenderal Ido Nehushtan.
Dan Amerika Serikat diam sepanjang serangan udara itu dilancarkan Israel.
Ketika serangan itu dilakukan, Barack Obama belum dilantik secara resmi sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke 44. Obama baru resmi dilantik sebagai Presiden Amerika saat Perang Gaza itu sudah berhasil dihentikan atas tekanan internasional.
Diamnya Amerika Serikat saat Israel melakukan invasi, dapat dipahami sepenuhnya.
Mengapa?
Sebab Amerika pun pasti tak akan dapat mentolerir serangan Hamas di malam Natal terhadap Israel secara membabi buta.
Beberapa tahun kemudian, dunia dikejutkan dengan adanya bocoran Wikileaks diketahui bahwa sebelum serangan itu dilakukan, Israel sebenarnya sudah memberitahukan terlebih dahulu tentang rencana serangan mereka kepada Pemerintahan Palestina di Tepi Barat dan kepada Mesir, yang posisi geografisnya memang paling dekat dengan Israel dan Palestina.
Benjamin Netanyahu dan Ehud Olmert
Dua hari setelah Perang Gaza berhasil dhentikan oleh kalangan internasional, Israel menggelar Pemilihan Umum pada tanggal 20 Januari 2009.
Partai Likud yang dipimpin Benjamin Netanyahu berhasil memenangkan pemilu dengan menguasai mayoritas kursi parlemen (knesset).
Dengan kemenangan Partai Likud, maka berakhirlah Pemerintahan Ehud Olmert.
Olmert digantikan oleh Benjamin Netanyahu sebagai Perdana Menteri yang baru.
Tetapi kursi panas sudah menanti Bibi, panggilan Netanyahu, sebab di awal kepemimpinannya sebagai Perdana Menteri, ia lah yang harus menghadapi tekanan internasional dan investigasi resmi PBB yang hendak mengusut Perang Gaza yang dilakukan Israel selama 3 minggu.
Yang menarik disimak dari Israel adalah terjadinya pergantian kepemimpinan, tidak membuat policy atau kebijakan mereka berganti.
IDF, terutama IAF yang memimpin di garis terdepan serangan 3 minggu itu, diilindungi sepenuhnya oleh Pemerintah Israel.
Netanyahu yang adalah mantan anggota pasukan elite Israel, Sayeret Matkal (Kopassus versi Israel), benar-benar pasang badan untuk melindungi militernya.
Ia lindungi setiap anggota militer dan setiap komandan yang terlibat dalam Perang Cast Lead atau Perang Gaza selama 3 minggu tersebut.
Bahkan dalam 4 tahun pemerintahan Netanyahu, ia tetap mempercayai pejabat dan jenderal-jenderal yang sama untuk tetap duduk di posisi mereka masing-masing yaitu Menteri Pertahanan Ehud Barak, Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Gabi Ashkenazi dan Kepala Staf IAF  Ido Nehushtan.
Ehud Olmert memang terlalu berlebihan dalam memerintahkan serangan balasan yang sangat lama sepanjang 3 minggu ke Jalur Gaza.
Jangankan 3 minggu, jika Israel melakukan serangan udara dalam hitungan jam saja, Jalur Gaza akan luluh lantak dan hancur berantakan diberondong tembakan-tembakan dari pesawat jet tempur F16 mereka.
Apalagi serangan yang sangat mengerikan selama 3 minggu.
Ini yang membedakan Pemerintahan Ehud Olmert dan Benjamin Netanyahu.
Netanyahu, sejak tahun 2009 sampai saat ini, secara tegas selalu memerintahkan serangan balasan jika sayap militer Hamas melakukan serangan kepada Israel.
Tetapi serangan militer versi Netanyahu tidak akan pernah dilakukan dalam kurun waktu yang sangat lama, seperti yang pernah diperintahkan Ehud Olmert kepada IDF lewat Perang Gaza.
Walaupun memang, walau serangan militer era Netanyahu dilakukan dalam hitungan jam, dampak serangan itu ke Gaza tetap sama buruknya yaitu hancur berantakan dan tetap menimbulkan korban jiwa.
Palestine
Pernyataan dari Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz N Mehdawi seperti dikutip dari Antara (Selasa, 24/6/2014) bahwa Prabowo Subianto memberikan bantuan untuk rakyat Gaza, sungguh merupakan sebuah kejutan.
Atau lebih tepat disebut sebagai rahasia tentang sisi kemanusiaan Prabowo yang selama ini tak diketahui oleh siapapun di Indonesia.
Dalam konteks bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina, berbagai pihak di Indonesia senantiasa mengulurkan tangan mereka, termasuk Partai Gerindra. Partai yang mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden itu pernah memberikan donasi senilai Rp 500 juta ketika Israel menginvasi Gaza beberapa waktu lalu, kata Duta Besar Palestina untuk Indonesia.
Bantuan Prabowo untuk rakyat Gaza sebesar Rp 500 juta ini adalah bantuan disaat rakyat Gaza harus menghadapi serangan militer Israel selama 3 minggu non stop di era kepemimpinan Ehud Olmert.
Memang harus diakui, dampak dari Perang Gaza selama 3 minggu itu, sangat amat mengerikan.
Serangan itu diberi nama Operation Cast Lead, atau dalam bahasa Ibrani disebut Mivtza Oferet Yetzukah.
Hamas mengumumkan bahwa akibat perang tersebut, 227 orang tewas, 207 orang terluka dari anggota Hamas, 182 rakyat sipil terluka, dan sebanyak 50.800 orang kehilangan tempat tinggal di Gaza akibat dibombardir Israel.
Tapi versi lain menyebutkan bahwa korban yang tewas adalah hanya anggota Hamas, termasuk didalamnya terdapat korban jiwa sebanyak 168 polisi.
Dan warga sipil yang menjadi korban adalah 723 korban jiwa.  Dan yang terluka adalah sebanyak 1.855 anak-anak dan 795 wanita yang termasuk korban yang terluka.
Prabowo Subianto
Memang tak hanya Prabowo yang membantu rakyat Gaza saat terjadi Operation Cast Lead tadi.
Dari Indonesia, bantuan datang dari beragam elemen.
Termasuk dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Di Indonesia ini, tak ada yang lebih kuat dan tak ada yang lebih besar perhatian serta bantuannya dari PKS untuk Hamas dan rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Harus diakui konsistensi dan kesinambungan dukungan PKS untuk rakyat Palestina memang yang terbesar dari seluruh elemen yang ada di Indonesia.
Ini yang menyebabkan, ada faktor kedekatan yang sangat akrab dan rapat sekali, antara Hamas dan PKS.
Sehingga, faktor dimana Prabowo mendapat dukungan koalisi dari PKS, otomatis menguntungkan calon presiden dengan nomor urut 1 ini, untuk isu Palestina.
Jadi jika ada yang ingin berbicara soal Palestina, pahamilah dulu, apa dan bagaimana situasi serta kondisi di Palestina.
Jangan asal bicara.
Saat ini, Fatah dan Hamas sudah memutuskan untuk membentuk pemerintahan koalisi atau unity government.
Koalisi Pemerintahan inilah yang sedang terus diprotes oleh Israel karena menurut mereka, Hamas harus bertanggung-jawab untuk semua aksi-aksi serangan terhadap Israel sampai dengan saat ini.
Yang dibutuhkan saat ini untuk masalah kelanjutan perundingan damai antara Israel dan Palestina adalah mencari formula yang terbaik untuk mendamaikan sayap militer Hamas dan Israel.
Siapa yang dapat memastikan bahwa Hamas tidak akan melakukan serangan militer lagi ke Israel, sebab serangan-serangan itulah yang selama ini menjadi faktor pemicu terjadinya serangan-serangan balasan yang sangat mengerikan dari Israel ke Gaza.
Pemimpin tertinggi Hamas, Khaled Meshaal, menjadi satu-satunya orang yang sungguh dapat diharapkan oleh kalangan internasional untuk memastikan apakah sayap militer Hamas bisa dikendalikan atau tidak.
Meshaal harus memilih, jika ia serius membawa Hamas untuk masuk dalam pemerintahan resmi Palestina, maka konsekuensinya adalah menghentikan semua serangan militer ke Israel.
Sudah harus ada batasan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam tatanan bernegara.
Hukum internasional melarang setiap negara melakukan agresi militer ke negara lain secara sepihak.
Jadi, kembali kepada masalah rahasia bantuan Prabowo Subianto kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Prabowo menjadi sebuah contoh bagi kita semua, bahwa jika tangan kanan memberi, maka tangan kiri tak perlu mengetahui.
Di panggung debat capres yang ketiga, Prabowo samasekali tidak ingin menyombongkan dirinya bahwa ia secara nyata sudah membantu rakyat Palestina.
Ini adalah sebuah kerendahan hati dari seorang pemimpin yang patut diapresiasi bahwa rasa kemanusiaan kepada sesama umat manusia dalam skala internasional, tak perlu diumbar dan tak perlu dipamerkan.
Indonesia, memang akan selalu menjadi sahabat yang penuh cinta, kepada Palestina dan seluruh rakyatnya.
Baik yang ada di Tepi Barat, maupun yang ada di Jalur Gaza.

_____

LIKE and SHARE

.......... BACA SELANJUTNYA