Jakarta (8/10)- Koalisi Merah Putih (KMP) kembali memenangkan persaingan pengambilan keputusan di lembaga tinggi negara. Kali ini KMP meraih suara terbanyak dalam pemilihan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri dari Ketua dan 4 Wakil Ketua MPR. KMP mengajukan Zulkifli Hasan (PAN) sebagai Ketua, dan Mahyudin (Partai Golkar), EE Mangindaan (Partai Demokrat), M. Hidayat Nur Wahid (PKS) serta Oesman Sapta Odang (Kelompok Dewan Perwakilan Daerah) sebagai Wakil Ketua.
Paket pimpinan KMP tersebut meraih suara 347 dari 678 suara yang diperebutkan, mengalahkan paket yang diusung oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang didukung Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang membelot ke KIH di tengah jalannya persidangan. Meski PPP meninggalkan KMP namun ternyata KIH tetap tidak mampu memenangi paket yang diusungnya. Adapun KIH mengajukan sebagai calon Ketua MPR, yaitu Oesman Sapta Odang (Kelompok DPD) dan untuk wakil ketua adalah Ahmad Basarah (PDIP), Imam Nahrowi (PKB), Patrice Rio Capella (Partai Nasdem) dan Hasrul Azwar (PPP). Paket tersebut mendapat dukungan 330 suara. Sisanya ada 1 suara abstain.
Hidayat Nur Wahid, salah satu Wakil Ketua terpilih mengatakan, setelah terpilihnya pimpinan MPR, maka kini diharapkan semua elemen lembaga tinggi negara bisa fokus untuk membangun kemitraan yang berorientasi rakyat. “Kepemimpinan ini adalah hasil musyawarah yang terbaik, dengan mufakat melalui pemungutan suara. Oleh karenanya setelah ini mari lupakan perbedaan, kita mulai bekerja untuk mengawal konstitusi dan menjaga keutuhan NKRI,” ujar pria yang juga pernah menjadi Ketua MPR di periode tahun 2004-2009 ini.
Ia juga yakin perbedaan dalam pemilihan pimpinan MPR tidak akan memengaruhi efektifitas kerja lembaga tinggi yang diantaranya bertugas mengamandemen Undang Undang Dasar ini. “Pengalaman saya yang dalam paket memenangkan hanya dengan selisih dua suara, ternyata tidak membuat kerja MPR jadi tidak efektif. Justru amandemen UUD paling efektif dilakukan di periode tersebut,” pungkas Hidayat.
[al-intima.com]