Breaking News
Loading...
Senin, Agustus 11, 2014

Info Post


Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono akhirnya mengakui ditunjuk menjadi salah satu penasihat di dalam tim transisi Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla.

“Saya ditugaskan jadi penasihat. Jadi saya segera menyiapkan diri memberikan nasihat. Kita semua ingin apa yang jadi tujuan rumah transisi tercapai efektif dan efisien,” kata Hendro di Kantor Tim Transisi, Jakarta, Sabtu (09/08/2014) dikutip Kompas.com.
Menurut Hendro, ia akan memberikan nasihat terkait intelijen. “Nasehat di bidang dan lingkup yang saya tahu. Saya akan memberi nasihat sekitar intelijen,” kata dia.
Hendro yang sebelumnya adalah adalah penasihat tim pemenangan Jokowi-JK mengaku baru mengetahui bahwa dirinya ditunjuk sebagai penasihat.
Hendropriyono masuk sebagai tim pengarah pemenangan Jokowi-JK bersama sejumlah tokoh seperti Puan Maharani, Hasyim Muzadi, Sutrisno Bachir, Pramono Anung, dan Jenderal TNI (Purn) Luhut Panjaitan.
Hendropriyono  dan Talangsari
Peristiwa Talang Sari 1989, Potret buruk pemerintahan dan militer dikuasai phobia Islam. Hendropiyono kala itu Komandan penyerangan sebuah desa pesantren yang dituduh teroris, kini tim sukses Jokowi
Tahanan ibu-ibu di Kodim dipindahkan ke Korem 043 Gatam. Di Korem, Hendropriyono memerintahkan anak buahnya untuk melepas paksa jilbab-jilbab ibu-ibu jama’ah sambil berkata “tarik saja, itu hanya kedok”.
” Setelah dikumpulkan ke-20-an ibu-ibu dan anak-anak dipukul dan ditarik jilbanya sambil dimaki-maki aparat “Ini istri-istri PKI”. Didepan jama’ah seorang anak buah Hendropiyono mengatakan “Perempuan dan anak-anak ini juga harus dihabisi, karena akan tumbuh lagi nantinya”.
7 Februari 1989, Pukul 4.00 dinihari menjelang subuh, terjadi penyerangan di
bawah Komando Hendropiyono Korem Garuda Hitam 043. Penyerangan diarahkan kepada Jama’ah Pondok Pesantren pengajian Warsidi yang berada di Umbul Cihideung, Dusun Talangsari.

Saat penyerangan, para Jama’ah yang datang dari berbagai tempat tengah bersiap mengadakan pengajian akbar pada pagi hari. Dengan posisi Tapal Kuda tentara mengarahkan tembakan secara bertubi-tubi dan melakukan pembakaran pondok rumah panggung yang diduga berisi ratusan jama’ah yang terdiri dari bayi, anakanak, ibu-ibu (banyak diantaranya yang tengah hamil), remaja dan orang tua untuk meredam suara teriakan.
Penyelidikan pro justisia Komnas HAM (2006) menyebutkan adanya dugaan pelanggaran HAM berat dalam peristiwa Talangsari, berupa Pembunuhan terhadap 130 orang, Pengusiran Penduduk secara Paksa 77 orang, Perampasan Kemerdekaan 53 orang, Penyiksaan 46 orang, dan Penganiayaan atau Persekusi sekurang-kurangnya berjumlah 229 orang.
Data Korban hasil verifikasi investigasi Kontras 2005
Korban Penculikan : 5 orang
Korban Pembunuhan di luar proses hukum : 27 orang
Korban Penghilangan Paksa : 78 orang
Korban Penangkapan Sewenang-wenang : 23 orang
Korban Peradilan yang Tidak Jujur : 25 orang
Korban Pengusiran (Ibu dan Anak) : 24 orang

Sedikitnya 246 Jama’ah dinyatakan hilang karena tidak diketahui keberadaannya. Ratusan orang disiksa, ditangkap, ditahan dan diadili secara semena-mena, termasuk perempuan dan anak-anak. Paska peristiwa, Umbul Cihideung dibakar dan ditutup untuk umum dengan penguasaan tanah di bawah Korem Garuda Hitam.
Peristiwa ini selanjutnya dikenal dengan nama Peristiwa Talangsari, Lampung.
sumber: AntiLiberalNews

_____

LIKE and SHARE

.......... BACA SELANJUTNYA