Kali ini, persoalannya adalah tentang pelanggaran HAM. Wapres Jusuf Kalla mengaku, sangat sulit untuk mengungkapkan kembali, kasus pelanggaran HAM masa lalu. Sementara, Jokowi berjanji, membuka kasus HAM.
Dalam peringatan Hari HAM se-Dunia di Istana Kepresidenan Yogyakarta, Selasa 9 Desember 2014 kemarin, Presiden Jokowi berjanji akan membuka pengungkapan kasus pelanggaran HAM masa lalu.
"Pemerintah tidak hanya berperhatian dan berkomitmen utk menyelesaikan kasus-kasus HAM di masa lalu tapi juga mencegah terulangnya kembali pelanggaran HAM di masa yang akan datang, di masa datang, dengan melakukan reformasi sistem hukum yang tegas, yang terpercaya, yang konsisten dan tidak diskriminatif," jelas Presiden Jokowi.
Namun Jusuf Kalla justru mengaku agak susah untuk menyelesaikan kasus HAM. Bahkan jangan pula berharap, kasus pelanggaran HAM bisa tuntas dalam waktu cepat.
"Banyak (yang tidak terungkap). Misalnya di Amerika, Kennedy (Presiden AS yang dibunuh pada 22 November 1963), sampai sekarang nggak tahu (aktor intelektualnya)," kata JK di hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu, 10 Desember 2014.
Pemerintah, lanjut JK, tetap berjanji untuk membuka kasus-kasus HAM yang banyak terjadi di Indonesia. Kenapa harus sampai ada pelanggaran HAM.
Walau, diakui sendiri oleh JK, untuk mengungkap itu sangatlah tidak mudah.
"Presiden di Amerika (terbunuh), terbuka, siang hari, 40 tahun (tidak terungkap). Apalagi kalau malam. Tentu dibutuhkan peneliti yang hebat," katanya.
Kepemimpinan Jokowi – JK belum mencapai 60 hari, namun sudah banyak Nampak keretakan di sana sini. Apakah ini sebuah pertanda bahwa Jokowi – JK akan kandas di tengah jalan? [*/inilah/fs]