Breaking News
Loading...
Senin, Oktober 20, 2014

Info Post
Aktivis gerakan Syiah, Ahmad Taufik digadang-gadang akan menjadi salah satu calon pimpinan KPK. Bersama Busyro Muqoddas, nama Ahmad Taufik akan diajukan panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kepada presiden.
Umat Islam Indonesia akan ‘kecolongan’ dua kali jika Ahmad Taufik berhasil jadi pimpinan KPK. Sebelumnya, tokoh Syiah Indonesia Jalaludin Rahmat sukses menjabat sebagai anggota DPR RI untuk periode 2014-2019.
Seperti dikutip  Tribunnews, dua nama tersebut memang telah bocor ke publik tanpa diketahui siapa penyebarnya.
“Iya dua nama yang sudah beredar itu. Nggak tahu kok malah bocor,” ujar sumber tersebut saat dihubungi, Rabu, (15/10).
Dua nama tersebut hingga kini belum diserahkan ke Presiden SBY karena ketiadaan waktu Presiden menerima Pansel Calon Pimpinan KPK. Berdasarkan aturan, Presiden harus menerima dua nama calon tersebut sebelum jabatan berakhir atau sebelum 20 Oktober 2014.
Sebelumnya, enam calon pimpinan KPK yang mengikuti seleksi wawancara adalah mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah I Wayan Sudirta, Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, Kepala Bidang Hubungan Internasional Sekretariat Kabinet Robby Arya Brata, jurnalis dan advokat Ahmad Taufik, dosen hukum Universitas Pelita Harapan Jamin Ginting dan spesialis perencanaan dan anggaran Biro Rencana Keuangan KPK Subagio.
Ahmad Taufik adalah aktivis Garda Kemerdekaan, sayap organisasi Syiah di Indonesia. Pada tahun 2011, Garda Kemerdekaan dan Yayasan Saifik pernah membuka pendaftaran bagi relawan Indonesia untuk berangkat ke Suriah.
Ahmad Taufik yang berprofesi sebagai advokat sekaligus jurnalis senior itu tak menampik adanya pendaftaran untuk tim relawan ke Suriah.
“Tapi yang harus digarisbawahi bahwa relawan tersebut tidak untuk bertempur, tapi sebagai relawan kemanusiaan seperti halnya ormas Islam lainnya di Indonesia yang mengirimkan relawan kemanusiaannya ke Suriah,” ujar Taufik, sebagaimana diberitakan situs resmi ormas syiah, ahlulbaitindonesia.org pada 2 Desember 2011 lalu.
“Jadi benar bahwa kita memang membuka pendaftaran untuk relawan kemanusiaan tapi kemudian kita tutup setelah enam bulan, karena tidak dapat ijin dari pemerintah Suriah untuk mengirim relawan kemanusiaan kesana. Kami kesana bukan untuk berperang tapi hanya untuk bantu-bantu saja, bantu masak, misalnya,” jelas Ahmad Taufik seperti diberitakan Kiblat Net.

_____

LIKE and SHARE

.......... BACA SELANJUTNYA