Breaking News
Loading...
Selasa, Oktober 14, 2014

Info Post


JAKARTA - Kedatangan Bos Facebook, Mark Zuckerberg ke Indonesia memang cukup happening. Meski tidak sampai menjadi trending topic, masyarakat Twitter banyak yang membicarakannya. Indonesia seolah bangga, merasa diperhatikan oleh pemilik jejaring sosial terbesar di dunia itu.

Kebanggaan ini semakin besar ketika Zuck, panggilan pendiri Facebook itu, menyempatkan diri berfoto di Borobudur dan berinteraksi dengan wisatawan lainnya. Seperti diketahui, Borobudur merupakan salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Candi umat Budha yang berdiri sejak abad  ke-9 itu langsung terkenal di dunia maya. Foto Zuck yang sedang bersantai di antara stupa yang ada, diacungi banyak jempol. Hingga kini, foto tersebut di-Like 160 ribu orang dan di-share 10.500 orang.

Ketika menyambangi pasar Tanah Abang, bersama Jokowi, banyak orang mengelu-elukan Zuck. Kamera ponsel siap diangkat untuk mengabadikan momen tersebut. Namun sebenarnya, meski pedagang Tanah Abang itu diduga banyak yang menggunakan Facebook, apakah mereka mengenal Mark Zuckerberg? Atau mungkin mereka hanya senang melihat Jokowi, yang terkenal akrab dengan pedagang Tanah Abang? Atau mereka hanya sekedar senang karena disambangi bule yang dikawal banyak media?

“Saya menghabiskan waktu seharian di Jakarta, bertemu dengan para pengembang, mitra dan pemimpin pemerintahan untuk Internet.org. Pagi ini saya bertemu dengan Presiden Terpilih Joko Widodo dan mendiskusikan berbagai peluang dan tantangan untuk menghubungkan semua orang di Indonesia,” tulis Zuck dalam akun Facebooknya, mengakhiri hari yang melelahkan.

Dalam postingan dengan tag lokasi ‘Tanah Abang’ itu, Zuck menceritakan betapa dia menyukai pemikiran Jokowi yang memaksimalkan internet dalam kampanye yang kini dimenangkan mantan Gubernur DKI itu. Internet dianggap berhasil digunakan Jokowi untuk mengarahkan pilihan 250 juta warga Indonesia kepadanya.

“Selama beberapa hari terakhir, saya telah berkesempatan untuk bertemu dengan banyak orang di sini, berbicara dengan mereka mengenai bagaimana internet sangat berguna. Banyak yang menggunakan internet untuk membangun bisnis, meningkatkan komunikasi, dan terhubung dengan seluruh dunia. Jika kita bisa menghubungkan semua orang di Indonesia, keuntungan ini akan terus tumbuh,” ujar Zuck.

Siapa Membutuhkan Siapa?    

Dari postingannya, Zuck memang memuji Indonesia, memuji masyarakat dan memuji pemimpin tanah air. Namun belajar dari pengalaman, bukan hanya Zuck yang pernah datang dan memuji Indonesia. Banyak petinggi perusahaan teknologi lain pun datang dan memuji. Layaknya sebuah marketing, konsumen harus dipuja puji terlebih dahulu agar meleleh hatinya dan mau membeli produk mereka.

Apakah kedatangan Zuck ini bagian dari marketing Facebook? Bisa jadi. Bagaimana tidak. Pengguna Facebook di Indonesia cukup banyak. Data Facebook, secara global, pengguna aktif mereka telah mencapai 1,28 miliar. Sebanyak 70 juta akun berasal dari Indonesia. India dan Brasil masih berada di atas Indonesia. Yang perlu diperhatikan, pengguna Facebook di Indonesia naik hampir 6 persen setiap tahunnya. Ini yang membuat mereka merasakan potensi besar Indonesia sebagai konsumen Facebook.

Founder ICT Watch, Donny BU mengatakan jika seharusnya Indonesia bisa ‘jual mahal’ kepada Facebook. Pasalnya, mereka lah yang membutuhkan Indonesia, bukan sebaliknya.

"Bos-bos bisnis media sosial dunia datang ke Indonesia. Yang jadi seleb sebenarnya adalah netter Indonesia. Karena potensi yang kita milikilah mereka datang. Jika netter Tiongkok, Indonesia dan India jadi satu, jumlahnya sudah mencapai 50 persen dari total pengguna internet dunia. Ini yang harus dijaga baik-baik oleh pebisnis global," kata dia.

Menurut dia, Tiongkok sudah menutup diri hingga tersisa Indonesia dan India. Oleh karena itu, lanjutnya, posisi Indonesia sebenarnya cukup kuat untuk bisa mempengaruhi kebijakan global. Baik kebijakan tata kelola internet maupun bisnisnya.  Makanya, menurut Donny, harus dipertanyakan apa yang bos-bos media sosial itu pedulikan. Mereka justru yang harus melakukan sesuatu untuk Indonesia.

Senada dengan Donny BU, pengamat dari Indotelko Forum, Doni Darwin menganggap kedatangan Bos Facebook ini bisa menjadi momen pemerintah untuk menagih komitmen berinvestasi di Indonesia. Sama seperti halnya ketika Google, Blackberry, Twitter dan lainnya dituntut untuk membuka kantor di Indonesia, bahkan sampai menghadirkan server lokal.

"Kehadiran Bos Facebook harusnya menyadarkan semua pemangku kepentingan, Indonesia adalah pasar strategis di era digital ekonomi. Seyogianya, Jokowi meminta komitmen Facebook berinvestasi di Indonesia, misal dengan membangun pusat data di Indonesia dan lainnya," ujarnya.

Sayangnya, tidak jelas apa yang dibicarakan Zuck dengan Jokowi. Selain bercerita mengenai e-blusukan (metode yang juga dimiliki oleh pengembang Smart City dari ITB), Jokowi berharap Facebook bisa memberi manfaat lebih banyak ke masyarakat, membantu kembangkan ekonomi mikro, sampai pengelolaan pajak internet.

Apa Yang Dibutuhkan Indonesia?

"Tadi kita bicara bagaimana bisa memanfaatkan  Facebook untuk mengembangkan ekonomi mikro kecil. Dia akan bantu untuk kerja sama dengan kita. Juga mengelola pajak internet," kata Jokowi

Dengan harapan kerja sama tersebut bisa dipastikan sepertinya pemerintah tidak mengerti apa yang dibutuhkan rakyat Indonesia. Dengan infrastruktur jaringan yang masih belum memadai, ditambah internet lokal dan sumber daya yang masih kurang, lagi-lagi pemerintah menggantungkan diri pada bantuan asing. Ketimbang harus mengandalkan campur tangan luar, lebih baik menekankan komitmen mereka untuk memajukan keahlian sumber daya yang ada di Indonesia, dan meningkatkan infrastruktur broadband.

Pemerintah Indonesia bisa belajar dari kemajuan perusahaan-perusahaan Tiongkok yang berjaya di negeri sendiri. Mereka mengembangkan keahlian masyarakat, membuat konten-konten lokal dan mendukungnya dengan regulasi yang bersahabat terhadap konten lokal dan pengenaan pajak minim. Tidak heran jika Alibaba bisa tumbuh menjadi perusahaan teknologi dengan harga saham yang menggiurkan, atau Xiaomi yang telah mengalahkan Apple sebagai smartphone terbesar di negeri sendiri.

"Buka pasar? Tak apa. Imbalannya? Mereka harus bangun kapasitas SDM dan teknologi di sini. Minta Google, Facebook dan Twitter bikin program training, workshop, berkala dan terukur, di kampus-kampus dan simpul komunitas," ujar Donny. Jika tidak, Indonesia akan terus berada di level konsumen.

Lalu sampai kapan Indonesia terus menerus menjadi konsumen? Perusahaan-perusahaan itu yang membutuhkan Indonesia. Indonesia telah membesarkan Facebook, Twitter, Blackberry, Google. Sudah selayaknya ada imbal balik atas itu semua. Borobudur milik kita, sudah berdiri sejak abad ke-9. Bolehlah kita sedikit sombong. (adi/VIVA.co.id )

_____

LIKE and SHARE

.......... BACA SELANJUTNYA