Tradisi pemikiran liberal adalah sebuah sejarah panjang yang dimulai oleh Yahudi ratusan tahun lalu. Dalam bukunya Tractatus Theologico-Politicus,
1670, seorang Rabbi Yahudi bernama Baruch Spinoza mulai mempertanyakan
keabsahan kitab Suci Yahudi. Dia menulis buku traktat politik teologis,
dan merupakan buku liberal pada zamannya.
Akibat tulisannya, Spinoza dikucilkan oleh para Rabbi Yahudi. Sebab
buku ini dinilai sebagai karya awal yang menghujat Yahudi. Salah satunya
bantahan terhadap klaim Yahudi adalah bangsa terpilih dan selain Yahudi
adalah Gentiles. Spinoza dikucilkan tentu karena apa yang diklaim oleh
Yahudi dibantah sendiri oleh Spinoza.
Spinoza juga membantah bahwa lima kitab awal dalam perjanjian lama
adalah murni karangan Musa. Menurut Spinoza kitab kejadian dan ulangan
adalah karya di luar Nabi Musa. Jelas sudah bahwa pada waktu itu saja
Yahudi sudah menolak perjanjian lama.
Spinoza juga menyentuh metode penafsiran layaknya para pengusung
liberalisme Islam mengritik Qur’an. Menurut Spinoza penafsiran itu
tidak harus mengikuti Rabbi. Penafsiran manusia dan akalnya mampu sampai
pada kebenaran dan tidak perlu ada otoritas. Persis dengan kelompok
liberal saat ini.
Sedangkan dalam segi hukum, hukum-hukum dari Yahudi tidak bisa
dilepaskan dari moral. Meski itu ajaran Yahudi, namun tidak bermoral
atau manusiawi, maka hukum itu perlu dievakuasi kembali. Jadi, jika kita
bicara liberal, Yahudi sudah liberal dengan karya Spinoza sejak 400
tahun lalu. [knrp]