Betul bahwa Indonesia belum/tidak akan bangkrut karena
utang laiknya Yunani sebagaimana argumen yang diajukan oleh pendukung Jokowi
yang tiba-tiba latah mengajukan komparasi data ekonomi negara bangkrut. Utang
Indonesia memang "masih" 25% dari GDP alias sangat jauh jika dibanding
Yunani dengan utang 177,01% GDP.
Tapi, kita tidak boleh menutup akal sehat bahwa Indonesia
tengah berada di jalur krisis. Kita lihat saja sejumlah instrumen dasar berikut
ini.
Pertama,
neraca perdagangan seret. Meskipun surplus, tapi itu diakui oleh Menkeu buka
prestasi sebab surplus karena penurunan impor BBM bukan karena peningkatan
ekspor.
Kedua, nilai
tukar rupiah tak kunjung menguat sementara pemerintah terus menumpuk utang luar
negeri. Terakhir pemerintah mempertimbangkan menerima utang dari Bank Dunia dan
IDB sebesar Rp 209 triliun.
Ketiga, fase
krisis juga ditandai oleh banjirnya modal asing di sektor keuangan, yang bahkan
telah masuk ke pasar modal hingga menguasai 60 persen saham. Ini artinya,
Indonesia dibayangi capital outflow atau arus balik modal ke AS seiring
recovery ekonomi di negara tersebut.
Keempat,
perlambatan ekonomi telah banyak memakan korban. Puluhan ribu karyawan telah
dipecat alas kini dalam kondisi jobless. Bahkan, kemarin koran Tempo
memberitakan 18 perusahaan tekstil gulung tikar akibat perlambatan ekonomi ini.
Masih banyak argumentasi berbasis fakta yang bisa
dijadikan sebagai pengingat, bahwa ekonomi kita tidak sedang on track. Ini
alarm tidak hanya bagi pemerintah, tapi juga bagi rakyat.
Jadi, jikapun mendukung pemerintah, cobalah rasional.
Jangan membabibuta, apalagi membadingkan Indonesia dengan negara bangkrut. Oke!
sember