Jam makan siang...
Saya sengaja mampir di sebuah warteg di sudut bangunan tinggi ibukota. Masuklah
tiga orang pria dan duduk di samping saya memesan nasi campur.
"Gua sih, kalau
pun Jokowi naekin harga BBM 100% pun gua dukung. Lah dia itu Satria Piningit yg
dijanjikan Tuhan," kata seorang diantara tiga orang pria tadi.
Dan nampaknya diamini
oleh kedua orang temannya. Mereka juga menambahkan bahwa kenaikan harga adalah
pemicu semangat kerja.
Si ibu warung tampak
memandang mereka dengan sinis. Karena mungkin dia yg merasakan dampak kenaikan
harganya saat belanja ke pasar.
"Udah Bu. Jadi
berapa semuanya?," tanya pria pertama yg bilang bahwa ia setuju kenaikan
harga BBM bahkan sampai 100% pun.
"Tiga nasi campur
sama teh tawar ya?," tanya si ibu penjual nasi.
"Iya bener,"
jawab pria tadi.
"Semuanya jadi
100 rebu," kata si ibu.
Pria tadi nampaknya
kaget. Ia pun memastikan dengan bertanya, "Eh buset! Yg bener? Mahal amat!
Biasanya cuma 10 rebu seporsi."
Si ibu penjual nasi
pun menjawab kalem, "Iya. Belum tahu kalian harga serba naik? Bilangin ama
Satria Piningit sana! Dan bilangin juga, di warung sini gak terima
kartu-kartuan!"
Saya yg lagi nyeruput
es jeruk batuk menahan tawa.
Ketiga pria tadi
setelah membayar melengos sambil menggerutu. Dalam hati saya bilang,
"Rasakan! Hehehe".
Saat giliran saya
membayar, saya tanya berapa semuanya.
Si ibu menjawab,
"12.000 saja, Mas. Yg tadi memang saya mahalkan. Biar kapok dan tahu rasa
mereka."
Dan tak kuat saya
menahan tawa... Hahaha...
kisah pengalaman dari Umar Uddin
copas post grup facebook sebelah