Oleh: Hazmi Srondol
Saudara-saudara,
Salam kesempatan ini,
saya tidak ingin membahas hal yang remeh temeh seperti bahasa Inggris Jokowi
atau baju resmi perhelatan ini yang ala 'Star Trek'. Kali ini saya ingin
sedikit berbagi esensi pidato Jokowi yang menjadi garis kebijakannya dalam
mempimpin negara ini.
Jujur saja, dugaan
saya terbukti. Ada perbedaan pandangan perihal kata INVESTASI antara Jokowi dan
Prabowo Subianto .
Menurut Prabowo, dalam
membangun infrastruktur Indonesia--cara pembiayaan dan pendanaannya dari negara
sendiri, diutamakan dari menyelamatkan kebocoran 1000 Triyun/pertahun dan kedua
melalui "strategi dorongan besar" nya untuk makin
"memperkaya" rakyat Indonesia.
Untuk cara pertama
saja, jika bisa menyelamatkan 500 Trilyun dalam tahun pertama, maka bisa
dibangun insfratruktur sbb:
a. Pembangunan Jalan
Tol Jakarta - Surabaya; Biaya sampai selesai: Rp. 150 triliun
b. Pembangunan Jalan
Tol Trans Sumatera; Biaya sampai selesai: Rp. 129 triliun
c. Pembangunan Kereta
Api Trans Sumatera; Biaya sampai selesai: Rp. 65 triliun
d. Pembangunan Kereta
Api Trans Sulawesi; Biaya sampai selesai: Rp. 30 triliun
e. Pembangunan Kawasan
Pangan 1 Juta Hektar Untuk Produksi 15 Juta Ton Padi per Tahun; Biaya sampai
selesai: Rp. 50 Triliun
f. Percepatan
Pembangunan Desa Minimal Rp. 1 Milyar per Desa per Tahun; Biaya: Rp. 81 Triliun
Selengkapnya, bisa
dibaca di status beliau disini --> https://www.facebook.com/PrabowoSubianto/photos/a.60019411178.82664.23383061178/10151946695586179/?type=1&theater
Sedangkan investasi
asing--bagi Prabowo adalah opsi tambahan atau bahkan bisa dibilang terakhir.
Karena jelas dalam berbagai statement dari media mau pun debat capres--Prabowo
tidak menolak investasi asing, Namun prabowo minta kata "investasi" itu
harus benar-benar "investasi".
Artinya: negara asing
MEMBAWA DUIT saat datang ke Indonesia.
Negara asing harus
benar-benar datang sebagai MITRA, bukan mencari buruh dengan harga
'kompetitif" alias murah.
Uang yang mereka bawa
pun untuk membiayai pembagunan infratruktur dengan sistem B-O-T atau
"Build - Operate - Transfer".
Maksudnya adalah
investor asing tersebut membangun dengan uangnya sendiri, lalu mengoperasikan
dengan sistem pembagian tertentu--sesuai kesulitannya saat pembangunan. Jadi
bisa 70:30, 50:50 atau malah 30:70. Lalu pada tahun tertentu yang disepakati,
contohnya 25 atau 30 tahun maka infrastruktur tersebut jadi full 100% milik
bangsa Indonesia.
Nah, bagaimana dengan
pemerintahan JKW-JK ini?
Merujuk pada statement
debat capres, media dan pidato di forum CEO APEC--dapat kita simpulkan sebagai
berikut:
1. Terjadi inkosisten
dalam statement, khususnya saat debat capres. Dalam acara tersebut--JKW-JK
menyatakan akan mempermudah investasi lokal dan "mempersulit"
investasi asing. Namun nyatanya, dalam pidato di forum APEC--Jokowi malah
mengundang bahkan mempermudah "investor asing" ala Jokowi ini.
Padahal, tanpa
diundang pun--Indonesia sudah sanggat menggoda asing untuk mendapatkan
nikmatnya SDA surga di bumi yang bernama Nusantara (baca: Indonesia) ini. kalau
tidak menarik, buat apa VOC (Belanda) dan Jepang betah berlama-lama di
Indonesia? Belanda sampai 350 tahun loh.
2. Kata
"investasi asing" tersebut sangat ambigu. Boleh dicek disemua media
yang membahas program pencabutan subsidi BBM yang akan dilakukan JKW-JK. Disana
disampaikan bahwa subsidi 300 s/d 700 triyun tersebut bukan hanya untuk
pendidikan, pertanian, perikanan namun juga untuk membangun infrastruktur.
Infrastruktur yang dipaparkan dalam slide presentasi di forum APEC.
Artinya, "investor
asing" yang datang ke Indonesia nanti akan memakai biaya pencabutan
subsidi BBM. Atau bahasa kasarnya, "investor" tersebut sebenarnya
adalah sekedar 'KONTRAKTOR" saja. Nggak bawa duit. Bahkan berkesan sekedar
bancakan pencabutan subsidi BBM saja.
Kalau sekedar
kontraktor, kenapa harus BUMN dari RRC atau negara lainnya? Bukannya soal
teknik sipil, Indonesia adalah dedengkot-nya?
Coba cek nama Ir.
Tjokorda Raka Sukawati. Seorang insinyur asli Indonesia kelahiran Bali yang
menemukan sistem konstruksi hidrolik Sosrobahu dan angka ajaib hitungan 78.05
Kg/cm2. Sebuah angka koefisien menjadi patokan insinyur sipil di seluruh dunia.
Tidak terkecuali Amerika.
Belum lagi bidang
pertambangan pesawat, otomotif, elektro hingga IT. Ada berapa banyak kampus
negeri/swasta yang membuka fakultas ini? Sejak berapa tahun berdiri? Berapa
banyak lulusannya? Dan berapa banyak BUMN nasional yang terbukti mumpuni
dibidangnya masing-masing.
Walau khusus bidang
IT, saya tidak yakin bisa bikin program 2 minggu selesai--namun sebagai salah
satu insan IT dan telekomunikasi, saya tidak pernah kekurangan sahabat yang
sangat luar biasa kecakapannya dibidang ini. Bahkan dibandingkan kawan-kawan
expatriat sekali pun.
Kurang lebih begitu
tanggapan saya. Sedikit saya kutip pidato Prabowo di Gelora 10 November,
Surabaya tentang Negara Asing:
"Saya ingin jadi
sahabatmu. Saya ingin jadi mitramu. Tapi jika kau ingin kami jadi KACUNG-mu,
saya katakan TIDAK!!!"
Sekian, selamat pagi
dan tetap MERDEKA!
(+)