Breaking News
Loading...
Kamis, November 27, 2014

Info Post


Kodok dan Katak. Dua kata yang kalau dibolak-balik akan sama. Filosofinya jelas nyata. Kemampuannya ya segitu-gitunya. Cuman seisi negeri dihipnotis bentuk tubuh dan suaranya. 

Padahal coba saja perhatikan. Kodok dan katak ada yang licin berlendir. Dipegang susah. Dibebani sedikit setress. Belum kodok-katak yang berkulit kasar. Menjijikan. Jangn tanya jenis yang beracun.
Awalnya banyak tang optimis dengan si kodok-katak. Sebab loncatannya itu selalu ke depan. Tapi semua lupa. Si kpdok hobi menendangkan kakinya saat mau loncat. Plus menyikutkan kaki depan, kanan kiri tanpa peduli.
Si kodok selalu asyik dengan dunianya. Efek dari pandangan dan telinga yang terbatas melihat dan mendengar. Ia hanya memikirkan iming-iming, hingga tak peduli menjulurkan lidah tanpa henti. Mirip anjing. Lapar dijulurkan. Kenyak dijulurkan.
Itu kodok beneran. Nah jangan tanya kodok-katak boneka dari kertas atau plastik. Kodok mainan tentu tak melihat, tak mendengar jeritan, dan tak bisa menjulurkan lidah. Ia hanya ikuti tepukan sang tuan atau putaran waktu. Saya pernah mencobanya waktu kecil. Membuat kodok berbahan kertas.
Kebayang apa jadinya bila si kodok-katak menjadi raja hutan. Tetangga hutan sibuk menyiapkan pasukan nyamuk. Kodok-katak sibuk berburu nyamuk. Tetangga hutan sibuk menyiapkan bumbu dan perangkap. Lalu menguasai hutan raja kodok, dan membuat seluruh penghuni dijadikan kodok penyet, katak balado. Sayang harimau masih tertidur. Digoda banteng moncong putih bermata merah. 
by:NandangB

Berita terkait:



_____

LIKE and SHARE

.......... BACA SELANJUTNYA