Breaking News
Loading...
Kamis, November 27, 2014

Info Post
By: Nandang.B

Maaf. Tulisan berikut sama sekali tidak menghukumi pelajar/mahasiswa/i Indonesia di luar negeri. Selain banyak pribadi-pribadi yang berkualitas dan prestasi luar biasa, namun semua itu seakan ditutup perilaku oknum-oknum anak pejabat negeri Indonesia. Oknum-oknum ini menimba ilmu di pelbagai belahan dunia. Namun apa yang terjadi?


=> Pesta Narkoba. 
=> Freesex, kumpul kebo. 
=> Dugem, pesta pora. 
=> Studi via Joki. 
=> Tidak lagi taat aturan agama maupun adat ketimuran. 
=> Hobi mengkonsumsi barang haram. 

Fenomena anak Jokowi yang "hobi" makan daging babi, adalah fenomena lumrah yang lazim dilakukan anak-anak pejabat negeri Indonesia saat belajar di LN. Saya kaget, saat seorang penguasaha percetakan dan lulusan perguruan tinggi terkemuka di AS (S1-S2 mesin percetakan) mengungkapkan, "Saya malu. Sebagai orang Tionghoa (bukan pribumi) dan WNI, saat menyaksikan anak-anak pejabat negeri Indonesia berperilaku jauh dari norma-norma dan adat ketimuran. Munafiknya, mereka pulang lalu sok pintar dan sok tahu banyak hal. Padahal saat sekolah-kuliah dulu, ujian pun menggunakan joki."

Ya. Pantas saja bila orang-orang yang ujug-ujug terkenal di negeri ini, tanpa pernah tahu siapa dan bagaimana rekam jejaknya selama studi di Eropa, AS, Timur Tengah. Bukankah rakyat Indonesia dikagetkan dengan keterkenalan Zuhaeri Misrawi, yang tiba-tiba ditahbiskan menjadi tokoh Liberal dan pengamat Timur Tengah? Padahal ia adalah seorang sarjana Ushuluddin Al-Azhar? Contoh lainnya banyak. 

Bagi saya, tidak terlalu kaget. Anak-anak pejabat di negeri muslim atau orang-orang cerdas di kalangan muslim, selalu menjadi target penyebaran paham dan gaya hidup Liberalisme, hedonisme, permisifisme, hingga kehidupan yang tak lagi mencerminkan budaya bangsa dan kearifan lokal. 

Syukur alhamdulilllah. Beberapa pelajar/mahasiswa/i di LN yang bermodal beasiswa atau terjun bebas, biasa diselamatkan oleh jaringan Tarbiyah internasional. Malah untuk siswa/i-mahasiswa/i Indonesia di kampus-kampus Turki dapat merasakan pembinaan khusus dengan akhlak dan norma yang lebih luhur daripada penjaja dalil di toa-toa. 

Jadi kawan, rezim pelanjut Dinasti Jokowi sama dengan pelanjut Dinasti Soekarno. Berbeda 180 derajat dengan pendahulunya! Akankah masih berharap Indonesia jaya? Memang bisa bertaubat. Tapi menjauhi hal-hal haram cermin dari keluhuran jiwa dan keagungan ketaatan!


_____

LIKE and SHARE

.......... BACA SELANJUTNYA