Breaking News
Loading...
Kamis, Oktober 02, 2014

Info Post

Status yg ditulis oleh Faizal Assegaf ini membuat saya MAKIN YAKIN bahwa pemberantasan korupsi oleh KPK hanyalah bermotif politik semata.

Terbukti, orang2 yang diseret kasus korupsi selama ini hanyalah orang2 yang berseberangan dengan golongan tertentu.

Coba ingat kasus SDA yang langsung diperkarakan setelah beliau berkoalisi dengan Prabowo. Atau kasus Jerico Wacik yang muncul setelah SBY menolak usulan Jokowi untuk menaikkan harga BBM. 

Yang terbaru, ancaman untuk memperkarakan Ibas dan sejumlah politisi Demokrat pasca diberlakukannya Pilkada via DPRD.

Sementara itu... kasus korupsi Transjakarta dan kasus2 lainnya, dibiarkan begitu saja, tak pernah disenggol sedikit pun.

Oh ya, apa Anda masih ingat?
Dulu Ketua KPK Abraham Samad pernah hampir didapuk menjadi cawapres Jokowi. Artinya, memang ada kedekatan khusus antara KPK dengan mereka.

Begitulah.

==================================================

KOMPAS ANCAM SERET IBAS YUDHOYONO KE PENJARA, SEMENTARA KASUS JOKOWI - MEGAWATI DIDIAMKAN !

Oleh Faizal Assegaf



Pasca pengesahan UU Pilkada, berbagai media pendukung Jokowi menyalurkan kegusaran pada Presiden SBY yang sekaligus Ketum Partai Demokrat. Pasalnya, SBY dituding inkonsisten lantaran mengarahkan Fraksi Demokrat walkout dari sidang paripurna DPR RI, sehingga memberi jalan kemenangan bagi Koalisi Merah Putih (KMP).

Kompas (Komando Pembela Aseng) paling terdepan menunjukan sikap kebencian terhadap SBY. Media milik Jakob Oetama itu secara membabi buta menyalurkan serangkaian kecaman dari berbagai pihak untuk menyerang SBY dan Demokrat.

Bahkan, sejumlah wartawan senior Kompas melalui jejaring media sosial memprovokasi pembaca dengan rupa hujatan. Salah satu di antara mereka secara terang-terangan menegaskan, "Ke depan sudah bisa ditebak, Century akan digeber kembali dan Ibas bakal menjadi tersangka baru KPK untuk kasus lama Hambalang.", tulis si wartawan senior Kompas yang dikenal sangat dekat dengan Jusuf Kalla.

Kompas begitu kompak dan membabi-buta melakukan pembelaan terhadap kubu Jokowi - JK. Kompas seolah ingin melancarkan perang terbuka dengan SBY melalui peringatan serius: Bila SBY tumbang, KPK harus dipakai untuk menyeret Ibas ke penjara.
Sebenarnya sikap Demokrat walkout adalah hal yang wajar dalam demokrasi. Lebih-lebih manuver Demokrat, justru menuai dukungan yang positif dari mayoritas rakyat. Kalaupun ada pro-kontra, hal itu merupakan dinamika politik. Tapi mengapa Kompas sangat gusar, mengancam SBY untuk menyeret Ibas ke penjara.?

Politik balas dendam ala Kompas jangan dianggap sepele, sebab sebelumnya telah beredar isu kalau SBY turun dari kekuasaan, maka kubu Jokowi akan mendorong KPK menyerat SBY & keluarganya ke penjara. Sebuah rencana yang dilatari dendam politik. Pantas saja, Kompas selalu bersikap bungkam terhadap kasus Jokowi - Megawati !

salam

Faizal Assegaf 
Ketua Progres 98

Sebarkan...

_____

LIKE and SHARE

.......... BACA SELANJUTNYA