Breaking News
Loading...
Selasa, September 30, 2014

Info Post


Oleh : Don Zakiyamani (Pengamat Politik)

JAKARTA - 13 tahun reformasi adalah masa penting dalam perjalanan bangsa ini. Berbagai kemajuan dan perubahan telah dan sedang dilakukan, kran kebebasan mengungkapkan pendapat, berorganisasi, maupun kebebasan dalam pemberitaan merupakan sebuah anugerah yang patut disyukuri. Berdirinya lembaga anti-korupsi dan lembaga konstitusi adalah bukti lainnya dari kisah sukses generasi ini dalam memperjuangkan hak-hak sipil yang selama 32 tahun terbatasi oleh rezim orde baru. Beberapa momen demokrasi dan transisi sukses kita jalankan walaupun masih banyak kecurangan yang terjadi namun secara umum relatif masih dalam batasan yang wajar dalam skala keguncangan nasional.
               
Ibarat istana pasir, ternyata Negara kita hanya kelihatan indah dipermukaan namun sesungguhnya rapuh bahkan oleh sentuhan tangan, konon lagi badai seperti tahun 1998. Tanpa disadari Negara ini telah menyerahkan dirinya pada para pemilik modal yang hanya memanfaatkan beberapa golongan elit yang telah hilang sikap nasionalisnya. Infiltrasi yang dilakukan mereka dengan mengusung globalisasi sehingga Negara ini kemudian kehilangan jati dirinya. Pemahaman globalisasi yang sekedarnya mengakibatkan kita ditengah-tengah para ‘raksasa’ekonomi dalam percaturan politik internasional. Kita lupa bahwa globalisasi diciptakan barat ketika Negara mereka telah mapan segalanya sedangkan kita baru saja bangkit dari tidur panjang setelah sekian lama dalam kungkungan otoriterian.
               
Free trade yang menjadi salah satu propaganda mereka mengakibatkan pemerintah terhasut melahirkan produk hukum yang cenderung liberal tanpa batasan, lalu kita pun masuk gelanggang yang sama sekali belum kita kenal. Negara menjadi tak kuasa menghadapi para pemilik modal yang disupport Negara barat, peristiwa pengambilan sumber-sumber alam kita adalah bentuk imperialisme yang sesungguhnya pernah dijalankan VOC pada masa Negara ini dijajah Belanda. 

UU PMA (Penanaman Modal Asing) adalah salah satu contoh produk hukum Negara kita yang mengakibatkan Freeport dan sejenisnya begitu leluasanya mengeksploitasi sumber daya alam kita. Tentu saja produk-produk hukum yang cenderung liberal merupakan pesanan para pemilik modal yang telah lama menanti kelengahan para elit kita yang menyibukkan dengan parpol masing-masing. Menariknya lagi media yang merupakan salah satu pilar demokrasi juga dikuasai Asing, sehingga pemberitaan selalu menyanjung konsep-konsep para pemilik modal, Negara dan rakyat ditakuti dengan proapaganda mereka, rakyat maupun elit diajarkan cara hidup mereka, akibatnya sikap hedonis subur dengan sendirinya, kompetisi menghalalkan segala cara seakan sesuatu yang lumrah, tanpa itu jangan hidup di Negara ini, demikian pesan yang sesungguhnya mereka katakan selama ini.
                
Kini cabang produksi baik berupa air maupun mineral telah mereka kuasai, tentu saja hal itu tanpa kita sadari dan tidak kita dapati dari Media mainstream yang setiap hari kita dan tonton. Tentu saja kita hanya disibukkan dengan subsidi dan kenaikkan BBM namun kita tidak pernah diajak mengetahui mengapa krisis BBM selalu menjadi komoditi politik, kita pun tak pernah dikabarkan kenyataan mengapa negeri kaya sumber daya alam harus impor BBM, tentu saja kita semua tidak akan mendapatkan data detail yang sesungguhnya. Harus dipahami ada kekuatan Asing yang selama ini tak ingin semua kehancuran negeri ini diketahui rakyat Indonesia, mereka juga tak ingin rakyat yang sudah mulai hedonis bahkan begitu senang dengan gaya hidup mereka kemudian sadar bahwa ada yang salah dengan kontrak karya antar mereka dan pemerintah. Bagi mereka dengan menyuap para intelektul yang hedonis dan elit politik yang tamak sudah cukup untuk menguasai sumber daya alam negeri ini.
                
Mereka (baca;Asing) sangat paham dengan potensi Islam dan Pancasila yang berbahaya bila menyadari negerinya dikuasai Asing walaupun secara implisit. Mereka juga menyadari kekuatan rakyat Indonesia yang sangat dahsyat bila bangkit, karenanya dengan infiltrasi mereka selama ini yang menciptakan masyarakat nafsi-nafsi akan dengan mudah melakukan penghisapan SDA. Indonesia tanpa sumber daya alam lagi adalah hanya sebuah Negara yang pernah ada, bila Indonesia memiliki pemimpin dan intelektual yang nasionalis, cinta rakyat dengan produk hukum yang pro-rakyat, Asing menjadi susah. 

Sekarang perjalanan misi mereka akan semakin mudah bila melihat kenyataan politik hari ini, para pembunuh dijadikan penasehat Presiden, para penjual asset bangsa dimasa lalu dijadikan teladan, rakyat mengkonsumsi dan 100persen percaya dengan propaganda serta provokasi media. Bangsa ini menjadi budak bagi kapitalis dengan slogan-slogan borjouis yang mereka ciptakan, disintegrasi bangsa akan menjadi agenda selanjutnya guna mendapat jajahan murni seperti timor-leste. Ego kedaerahan dibangkitakan guna membangkitakan devide et empera, nilai-nilai agama dan moral hanya diatas kertas dan tak pernah lagi menjadi sesuatu yang dijalankan didalam pemerintahan maupun dalam interaksi sesama kita. Agenda memecah belah umat beragama sudah dan sedang dilakukan, phobia terhadap agama mayoritas sudah mulai sukses, atheism harus dihidupakan kembali namun harus diciptakan sempalan-sempalan agama sehingga rakyat terjebak pada pertikaian horizontal lalu lupa pada keadaan Negara yang sesungguhnya.  
                
Selain itu, konflik para elit politik juga merupakan agenda penting yang akan selalu menjadi agenda tetap, kegaduhan itu bisa menjadi tontonan bagi mereka untuk tetap mereka selain menempatkan orang kepercayaan pada posisi penting. Selain itu mereka (baca;Asing) memberi beasiswa bagi putra/I kita kenegara mereka secara gratis bukan tanpa hidden agenda, pengalaman seorang teman penerima beasiswa ke Australia, saat pelatihan di Jakarta, pada saat itu negara ini sedang melakukan kampanye pilpres, para pengajar asal Negara kanguru itu kemudian mengarahkan mereka untuk membenci salah satu capres dan menyuruh memilih capres yang menurut mereka lebih global, tidak nasionalis. Selain cuci otak, mereka juga nantinya akan mengambil salah seorang yang dianggap cinta internasional namun tidak cinta negeri untuk dijadikan agen intelijen mereka. Bisa saja orang yang kita kenal selama ini berprofesi dosen, praktisi hukum bahkan anggota dewan, namun pada kenyataan mereka agen Asing.
                
Silahkan anda sulit percaya pada kenyataan itu, namun anda bisa selidiki dan lakukan penelitian sendiri melalui berinteraksi maupun dengan cara-cara yang anggap mampu menemukan kebenaran. Dalam sejarah kita pernah mengenal Snouck H yang begitu kental bahasa Arab dan hafal Al-Qur’an serta hadist namun ternyata dia merupakan agen Asing. Yakinlah negeri ini sesungguhnya dibawah imperialisme yang selama ini telah mengobok-obok konstitusi, merampok sumber daya alam kita dan kini akan memecah belah bangsa ini. Apakah kita sebagai pemilik sah republik akan berdiam diri? Apakah kita akan rela anak-cucu kita akan menjadi budak dinegeri sendiri? Bila kita merelakan, maka silahkan lanjutkan pemerintahan bersama mereka, bila tidak maka sudah saatnya kita kembali konstitusi awal dan melakukan perlawan.


Twitter @Don_Zakiyamani/GebrakNews

_____

LIKE and SHARE

.......... BACA SELANJUTNYA