Kantor Majalah Anti-Islam di Paris di Serang orang tak dikenal
Penembakan di Prancis
terhadap sebuah kantor majalah mingguan satir ‘Charlie Hebdo’ pada Rabu
(7/1/2015) lalu, mendapat kecaman dari berbagai pihak. Sedikitnya dua orang
bersenjata menyerang kantor majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, menewaskan
setidaknya 11 orang dan melukai 10 orang, kata pihak berwenang Prancis.
BBC online (7/01) melaporkan para saksi mata mengatakan terjadi
tembakan terus menerus ketika para penyerang mengeluarkan tembakan dengan
senapan Kalashnikov.
“Dua pria berpenutup kepala memasuki gedung dengan Kalashnikov.
Beberapa menit kemudian, kami mendengar banyak tembakan,” kata Benoit Bringer
seperti dilaporkan televisi Prancis, Itele.
Kedua orang bersenjata kemudian terlihat melarikan diri dari
kantor.
Pro Dan Kontra
Namun beberapa pihak memiliki pandangan lain, mengingat track
record tindakan ‘Charlie Hebdo’ yang menghina Nabi Muhammad dalam
kartun-kartunnya.
Majalah Prancis Charlie Hebdo paling rajin merilis karikatur
anti-Islam. Seperti yang diwartakan Republika (29/10/204), majalah ini
pernah menggambarkan seorang Yahudi mendorong Nabi Muhammad di atas kursi roda.
Di halaman ceritanya, Charlie Hebdo menggambarkan Nabi sedang telanjang.
Bahkan ada dialog dimana Nabi Muhammad mengatakan dirinya sendiri seorang
Yahudi.
Charlie Hebdo juga menggambarkan Muslim sebagai pembunuh, suka
memicu peperangan, orang-orang gila yang suka berteriak, membakar kedutaan, dan
berbagai hinaan lainnya. Charlie Hebdo mengatakan Muslim lah yang akan memicu
Perang Dunia III di muka bumi ini.
Pada edisi Charloe Hebdo ‘If Mohammed Comes Back’ atau ‘Si Mohammet
Revenait’, media ini menggambarkan Nabi Muhammad dipenggal kepalanya oleh
kelompok teroris ISIS. Karikatur ini menceritakan bahwa seandainya Nabi
Muhammad kembali pun ke bumi ini, maka dia akan bernasib tragis dengan cara
dipenggal oleh ISIS. Karikatur terakhir ini diterbitkan justru ketika umat
Islam seluruh dunia sedang merayakan Idul Adha.
Isi konten Charlie Hebdo, bukan hanya diprotes oleh umat islam
saja namun kelompok Kristen Prancis juga mengecam pelecehan Charlie Hebdo
terhadap Nabi Muhammad.
“Orang yang mengecam penyerangan kantor Charlie Hebdo terkadang
tidak melihat akar masalah kenapa penyerangan itu bisa terjadi. Kita sudah tahu
bagaimana dulu dengan arogannya Charlie Hebdo memuat kartun yang menghina nabi
Muhammad namun tidak mau meminta maaf atas tindakannya tersebut,” ujar pengamat
media MU Salman seperti dikutip Islampos, Kamis (8/1/2014).
Lebih lanjut mantan wartawan media Islam terkemuka ini
menegaskan, dalam ajaran Islam sudah tegas bagaimana sikap Islam terhadap para
penghina nabi yaitu hukuman mati.
“Kalau dalam Islam sudah tegas bagaimana para penghina Islam
dihukum seperti termaktub dalam surat Al-Maidah ayat 33 yang artinya
sesungguhnya balasan orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya dan berbuat
kerusakan di muka bumi adalah dibunuh atau disalib atau dipotong tangan dan
kakinya secara silang atau dibuang ditempat yang terpencil, ” jelas pria paruh
baya ini.
Balasan Untuk Sang Penghina
Setiap ada aksi selalu ada reaksi. Penyerangan terhadap kantor
majalah Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang, termasuk kartunis serta
pemimpin redaksi majalah tersebut, adalah reaksi dari apa yang telah Charlie
Hebdo lakukan.
“Setiap aksi selalu ada reaksi. Siapa menabur benih maka dia
akan menuai hasil,” Tutup MU Salman.
Tahun 2006, Charlie Hebdo menyerang Islam dengan mempublikasikan
kembali kartun satire Jyllands-Posten, sebuah koran Denmark, tentang Nabi
Muhammad. Salah satu kartun, yang memicu protes seluruh umat Islam di dunia,
memperlihatkan Nabi Muhammad dengan sorban dan bom di atasnya.
“Ada ancaman konstan sejak pemuatan karikatur Nabi Muhammad
diterbitkan,” ujar Richard Malka, pengacara Charlie Hebdo, kepada RTL. “Kami
hidup di bawah ancaman selama delapan tahun. Ada perlindungan, tapi tidak ada
yang bisa dilakukan ketika orang-orang dengan Kalashnikov datang dan menembak.”
Malka terguncang, tapi tidak mengatakan; “Charlie Hebdo hanya
membela kebebasan berekspresi. Cukup sederhana. Para wartawan dan kartunis
harus membayar mahal untuk sesuatu yang sederhana.”
Tahun 2008, Pengadilan Prancis membebaskan Charlie Hebdo dari
semua tuduhan menghina umat Islam lewat kartun Nabi Muhammad. Pengadilan
beralasan, karikatur yang diterbitkan Charlie Hebdo bertujuan mengkritik
ekstremis Islam, bukan seluruh komunitas Muslim di dunia.
Tahun 2011, Charlie Hebdo mengubah masthead untuk ‘Syariah
Hebdo, dan menampilkan gambar Nabi Muhammad tertawa. Akibatnya, kantor majalah
berusaha dibakar, dan pemerintah mengklaim tindakan itu dilakukan Muslim
fundamentalis.
Stephane “Charb” Charbonnier, pemimpin redaksi Charlie Hebdo,
adalah satu satu korban serangan brutal itu. Ia juga kartunis. Bersamanya, tiga
kartunis lain menemui ajalnya dalam penembakan itu.
Selama tiga tahun terakhir, Charbonnier meminta pengawalnya
mendapat pengawalan. Ia seolah tahu serangan bersenjata akan terjadi kapan
saja.
Situs Charlie Hebdo juga di-hack pada tahun 2011. Tampilan
depannya diganti dengan foto Mekkah dan tulisan Tiada Tuhan selain Allah.
Tahun 2012, kartikatur Charlie Hebdo memicu kritik keras banyak
negara Muslim, dan memaksa pemerintah Prancis bereaksi.
Yang menjadi pertanyaan apakah dengan cara itu Charlie Hebdo
hidup?
Tiras Charlie Hebdo kini tinggal 30 ribu per pekan, dan
baru-baru ini manajemen majalah meminta sumbangan kepada para pembaca setianya
agar bisa hidup lebih lama.
Inilah Catatan Serangan Charlie Hebdo terhadap Islam
Tahun 2006, Charlie Hebdo menyerang Islam dengan mempublikasikan
kembali kartun satire Jyllands-Posten, sebuah koran Denmark, tentang Nabi
Muhammad. Salah satu kartun, yang memicu protes seluruh umat Islam di dunia, memperlihatkan
Nabi Muhammad dengan sorban dan bom di atasnya.
Tahun 2008, Pengadilan Prancis membebaskan Charlie Hebdo dari
semua tuduhan menghina umat Islam lewat kartun Nabi Muhammad. Pengadilan
beralasan, karikatur yang diterbitkan Charlie Hebdo bertujuan mengkritik
ekstremis Islam, bukan seluruh komunitas Muslim di dunia.
Tahun 2011, Charlie Hebdo mengubah masthead untuk ‘Syariah
Hebdo, dan menampilkan gambar Nabi Muhammad tertawa. Akibatnya, kantor majalah
berusaha dibakar, dan pemerintah mengklaim tindakan itu dilakukan Muslim
fundamentalis.
Stephane “Charb” Charbonnier, pemimpin redaksi Charlie Hebdo,
adalah salah satu korban serangan itu. Ia juga kartunis. Bersamanya, tiga
kartunis lain menemui ajalnya dalam penembakan itu.
Tahun 2012, kartikatur Charlie Hebdo memicu kritik keras banyak
negara Muslim, dan memaksa pemerintah Prancis bereaksi.
Yang menjadi pertanyaan apakah dengan cara itu Charlie Hebdo
hidup?
Tiras Charlie Hebdo kini tinggal 30 ribu per pekan, dan
baru-baru ini manajemen majalah meminta sumbangan kepada para pembaca setianya
agar bisa hidup lebih lama. [AF/ht/im/dakwahmedia]