Inilah jadinya kalau seorang pemimpin gak
punya kemampuan berbahasa Asing, selalu bawa seorang penerjemah bahasa. Terlebih
ini adalah seorang pemimpin sebuah Negara. Hadeuuhh…
Bagaimana jika menghadiri rapat
kenegaraan antar Negara-negara. Berabe ,,, dro..
Menyita waktu, karena harus nunggu
penerjemah selesai menerjemahkan. Biaya perjalanan nambah, dengan
modal sdapat menguasai berbagai bahasa asing dipastikan seseorang apalagi
seorang pemimpin akan mudah bergaul dengan dunia internasional.
Wawasannya seorang
pemimpin haruslah luas, dapat mengerti ketika lawatan keluar negeri tidak
menyertakan banyak yang ikut atau seorang penerjemah bahasa sekalipun.
Dan memenuhi
bibit-bobot-bebet.
Saya gak kebayang
ketika ada pertemuan pemimpin Negara-negara dan setiap kepala Negara tak
menyertakan pendamping dalam pertemuannya. Khusus hanya kepala Negara saja. Trus
ada seorang kepala Negara tak bisa berbahsa asing? Apakah pertemuannya
diwakilkan? Atau tetap ngotot, bawa penerjemah, hadeuuuhhh ribetnya…
Mungkin ada
kepala Negara yg iseng dan bergumam,” udah aja bapak, bapak tidak cocok jadi
kepala Negara, bapak itu cocoknya jadi ketua RW saja…. “ hehehe…
Malunya aku
punya dipimpin oleh seseorang yang begitu..
Ini gan beritanya...........
Ini gan beritanya...........
######
Chief Excecutive Officer (CEO) Facebook
Mark Zuckerberg (30), Senin (13/10/2014) pagi, bertemu dengan Presiden terpilih
Joko "Jokowi" Widodo di Balai Kota DKI Jakarta.
Dalam sebuah foto yang beredar di Facebook
dan twitter, Selasa
(14/10/2014), pertemuan formal itu ada Jokowi, Mark, dan Abdee Slank.
Di
antara Abdee, Jokowi dan pendiri Facebookitu, ada
seorang wanita muda.
Si
wanita itu mempopulerkan diri dengan nama Rara Rizal. Usianya 23 tahun. Dan
ternyata si Rara adalah lajang kelahiran Makassar. Tumbuh dan besar di Jl
Sultan Hasanuddin, Pangkajene, Pangkep, bersama kakek (alm Zainal Abidin) dan
neneknya (Hajjah Sitti Mariani Sanusi).
"Sejak
kelas lima SD dia sudah selalu juara. Dia jago mengaji. Juara TPA sama anak
SMA. Dan jadi guru mengaji di Masjid Agung," kata Alfian Muis, paman Rara
kepada Tribun.
Anggota
Fraksi Golkar DPRD Pangkep, Muhammad Yusran Lologau (22), mengenal Rara sebagai
kakak yang 'supel", "periang", dan ramah. "Enaklah,
gaul," kata Yusran yang kini jadi anggota DPRD termuda di Sulsel, kemarin.
Guru
Rara di SMPN 2 Pangkajene, Muhammad Fitri Mubarak, mengenang Rara sebagai sosok
gadis cerdas. "Bahasa Inggrisnya selalu 10, dia pernah dapat beasiswa
sekolah di Ankara, Turki, tapi sejak SMA sudah sekolah di Bandung. Saya tyang
antar dia kesana dulu, kala nggak salah tahun 2005," kata Fitri.
Dan
10 tahun kemudian, Rara sudah sudah menjadi profesional muda. Penerjemah, atau freelancer interpreterpapan atas
Indonesia.
Rara
hanya nama panggilan. Di SDN 28 Tumampua, Pangkep, guru-gurunya mengenal Rara,
dengan Nurbaniara Mutmainnah Rizal.
Ayahnya,
Dr Ir Achmad Rizal, M App Sc, PdD adalah Kepala Pusat Kajian Pengelolaan
Pesisir dan Kelautan Terpadu di Universitas Tadulako, Palu. Seperti ayahnya,
ibu Rara, Dr Sri Ningsih, adalah juga seorang doktor ilmu pertanian dari
Institut Pertanian Bogor (IPB). "Rara itu anak tengah, Ryan,
kakaknya kuliah psikologi di Bandung, adiknya kuliah di Palu," kata dokter
Sri Zainal, tente yang ikut membesarkan Rara di Pangkep.
Dalam
situs jasa penerjamah profesional ternama dunia,http://www.translatorscafe.com, Rara
mendefinisikan dirinya dengan kalimat sederhana, "I am an interpreter and translator
by day, musician and foodie by night."
Di translatorscafe.com, Rara bergabung
dengan 5,914 agen penerjemah dari seluruh dunia bersama 215,597 registered
users.
Karena
pekerjaannya, alumnus SMA Pribadi Advanced School Kota Bandung ini, sudah
keliling dunia.
Selengkapnya,
silakan baca melalui Tribun Timur edisi cetak, Rabu (15/10/2014).