Jakarta - Polemik terbentuknya
Tim Transisi “pemerintahan Jokowi” yang juga seksi disebut rezim “Revolusi
Mental” sesuai janji misi Jokowi selama kampanye Pilpres– semakin menajam.
Tudingan bahwa tim transisi tidak merepresentasikan kelompok atau partai
pendukungnya selama proses Pilpres, bahkan berdampak melebar.
Salah satu kelompok
Ormas pemenangan Jokowi-JK, Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU) khawatir
terbentuknya tim transisi itu malah memecah belah kekuatan pendukung Jokowi-JK.
Termasuk, menimbulkan tafsir bahwa Jokowi selama berpolitik Pilpres sengaja memperalat
keluarga besar NU
Ketua Keluarga Besar
Nahdlatul Ulama (KBNU), Sulthonul Huda mempertegas bahwa tidak adanya satu pun
perwakilan NU di Tim Transisi, membuat warga Nahdliyin yang berkeringat
mendukung Jokowi, sangat kecewa berat.
“Ya, kita kecewa dengan
tidak adanya perwakilan NU di tim transisi. Padahal, banyak kader muda NU
potensial yang mampu mengisi tim transisi,” kata Sulthon di Jakarta, pekan
lalu, (8/8/2014) sebagaimana dilansir Gebraknews.
Seperti diketahui, Tim
transisi yang dibentuk Jokowi diketuai Rini Suwandi mantan Menteri
Perindustrian dan Perdangangan era Presiden Megawati. Dan,beranggotakan dua
kader muda PDI Perjuangan berlatarbelakang Kristiani, Hasto Kristyanto
(fungsionaris DPP PDIP) dan Andi Widjojanto (doktor kajian strategi UI, anak
alm. Jenderal Prn TNI Theo Syafei). Dua lainnya, Anies Baswedan (Rektor
Paramadina berlatar Masyumi), dan Akbar Faizal dari Partai Nasdem.
Menurut Sulthon,
Jokowi harus menjelaskan ke masyarakat bawah, khususnya warga Nahdliyin yang
telah mendukungnya untuk menjadi Presiden. “Agar kekecewaan ini tidak melebar,
Jokowi perlu menjelaskan. Warga Nahdliyin itu berperan besar memenangkan
Jokowi-JK, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur,” tandasnya.
Sulthon menyarankan,
agar Jokowi merombak ulang tim transisi yang terdiri dari tiga orang
profesional dan dua orang perwakilan partai. Tim Transisi, menurut Sulthon,
harus terdiri dari partai pendukung dan kelompok potensial pendukung Jokowi.
“NU harus terlibat
didalamnya. Sebagai Ormas Islam terbesar, NU berperan penting dalam pemenangan
Jokowi,” tegasnya, mewakili aspirasi menolak keberadaan kompisi Tim Transisi
yang ada sekarang. Dan, wajar muncul kenapa kok Nahdliyin ditinggalkan?
sumber: intriknews.com