Menjelang makin dekatnya pelaksanaan Pilpres 9 Juli 2014 mendatang, 3 lembaga survei yang terkenal karena akurasi angka, yakni CSIS, SMRC, dan Indikator, mendadak menyimpan hasil polling metode wawancara tatap muka mengenai dua kandidat calon presiden dalam sebulan terakhir.
Sikap diam 3 lembaga survei ini juga menjadi perhatian Peneliti Program Asia Timur untuk Lowy Institute for International Policy, Aaron L Connelly, yang mempertanyakan hal yang tak biasa itu.
Menjawab pertanyaan Yahoo Indonesia, Connelly mengatakan, “Sangat tidak biasa bagi lembaga polling terkemuka di negara mana pun jika mereka tidak mengeluarkan hasil jajak pendapat pada sebulan menjelang pemungutan suara. Wawancara telepon tidak akan memberikan hasil akurat di Indonesia, karena berbagai faktor sosial ekonomi. Jadi, wawancara tatap muka adalah satu-satunya cara untuk mendapat gambaran akurat soal kondisi persaingan dua kandidat,” ujar Connelly, kepada Yahoo Indonesia.
Conelly menduga fakta bahwa ketiga lembaga survei itu terafiliasi dengan kubu Jokowi bisa menjadi salah satu alasan mereka “diam”. Tapi, bisa jadi ada pertimbangan khusus, bahwa ketiga lembaga survei tersebut menahan diri untuk tidak mengeluarkan angka polling yang sebenarnya yang menunjukkan popularitas Prabowo terus menanjak naik.
“Apakah lembaga-lembaga ini menahan hasil jajak pendapat yang menunjukkan kenaikan popularitas Prabowo yang lebih tinggi dari yang sebelumnya dilaporkan?” tannyanya.
Mungkin, lanjutnya, lembaga-lembaga survei itu berasumsi, jika mereka menunjukkan hasil polling yang sangat ketat atau dengan Prabowo memimpin, partai di tingkat daerah akan berlomba untuk menyatakan dukungan untuk Prabowo.
“Kader Golkar di tingkat provinsi dan kabupaten sudah diinstruksikan untuk mendukung Prabowo, sesuai afiliasi resmi Golkar, tapi mereka sering merasakan kedekatan kuat dengan cawapres Jokowi, mantan ketua partai Jusuf Kalla. Banyak yang, jika melihat hasil polling yang tak positif, akan memilih untuk naik gerbong kemenangan sebelum terlambat. Dalam persaingan yang ketat, mesin Partai Golkar bisa menjadi kunci kemenangan,” katanya.(@yho/JURNAL3) - Muslimina