Jika memang
Presiden Joko Widodo harus “bertarung” melawan Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnoputri, masing-masing kubu telah memegang senjata pamungkas atau “kartu
truf” untuk saling mengalahkan.
Direktur Eksekutif
Indonesia for Democracy and Justice (IDC), R Mubarrod, memaparkan masing-masing
kartu turf Jokowi ataupun Megawati. Megawati bisa menjatuhkan Jokowi dari kursi Presiden RI dengan isu
korupsi bus TransJakarta. Sedangkan Jokowi bisa menjebloskan Megawati ke
penjara dengan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Menurut Mubarrod, dalam pertarungan Jokowi vs
Megawati, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lebih berpihak kepada Jokowi.
Dengan keberpihakan itu, KPK akan lebih leluasa membuka kembali skandal BLBI.
Di sisi lain, kata Mubarrod, skandal “bus karatan”
TransJakarta bisa dibuka oleh pihak Kejaksaan Agung, di mana Kejagung dijabat
tokoh Partai NasDem yang berpihak kepada Megawati.
“Sedangkan Kejaksaan Agung yang notabene Kejagung
orang NasDem bisa saja membuka kasus bus TransJakarta karatan. Kalau kasus bus
TransJakarta dibuka, Jokowi bisa jatuh,” tegas Mubarrod kepada intelijen
(02/02).
Dalam situasi terjepit, kata Mubarrod, Jokowi bisa
meminta dukungan ke Koalisi Merah Putih (KMP) untuk menghadapi Koalisi
Indonesia Hebat (KIH). “Kalau ada reshufle kabinet, orang KMP bisa dimasukkan.
Jokowi sadar, kekuatan parlemen sangat dibutuhkan dan saat ini yang menguasai
parlemen KMP,” papar Mubarrod.
Selain itu, tutur Mubarrod, Jokowi bisa
memanfaatkan relawan yang selama ini berseberangan dengan kebijakan PDIP dan
KIH. “Relawan Jokowi itu militan. Jika Jokowi diserang PDIP, relawan bisa
membantah dan perang opini di media,” pungkas Mubarrod. (*)