By: Nandang Burhanudin
Jika standarnya minoritas, maka PKS adalah minoritas: 8 % dari
total nasional. Namun siapakah yang paling head to head dengan rezim koalisi
(Mega-Paloh)+Jokowi saat ini? Hanya PKS. Golkar, PAN, Demokrat sangat rentan
terpecah belah. Mengingat hanya PKS yang menjadikan "dakwah di hadapan
penguasa zhalim" sebagai bagian ideologisasi perjuangan.
Lantas,
apakah PKS bisa bangkit di era penuh tipu daya saat ini? Dimana justru PKS
menjadi most wanted, seperti halnya gerakan Islam di Mesir, Jordania, Tunisia,
Libya, Saudi Arabia, Bangladesh, dan Gaza? Jawabannya bisa iya dan bisa tidak.
Jika
PKS mampu belajar dari kelompok etnis China. Haqqul yaqin, PKS akan sukses.
Berpikir, bertindak, dan berjuang laksana etnis minoritas China di era
Soeharto. Mereka dirampas hak-haknya sebagai warga negara Indonesia. Namun apa
kemudian yang terjadi? Kurang dari satu dekade di era Reformasi. China diakui
sebagai WN penuh, agama Tionghoa diperlakukan resmi seperti agama mayoritas,
budaya Cap Go Meh malah menjadi budaya istana.
Apa
rahasianya? Tiada lain tiada bukan, etnis China Indonesia sukses menguasa
pangkal kehidupan, yaitu: EKONOMI. Ya. Etnis China bukan hanya mengganti nama
menjadi mirip Jawa-Sunda-Islam. Tapi lebih dari itu, dengan gigih dan kokoh
menguasai sektor-sektor ekonomi riil. Dari yang haram hingga yang halal. Dari
yang kecil hingga yang besar. Dari ekonomi sulit hingga ekonomi elit.
Lalu
satu dekade kemudian, etnis China menjadi tim penentu kebijakan dalam dan LN
Indonesia. Mereka yang menentukan impor bus karatan, singkong, ubi, beras,
kapal, pesawat, hingga jenis peniti dan kancing baju. Rakyat Indonesia dibuat
tidak lagi mandiri secara ekonomi. Mari kita jujur sejujur-jujurnya, apa yang
melatarbelakangi AHOK begitu nekat? Tiada lain dan tiada bukan, AHOK memahami betul,
aliran dana judi Tommy Winata mengalir sampai jauh ke pangkuan umat Islam.
Hal
inilah yang harus dipelajari PKS. Terus terang, era Jokowi membuka tabir siapa
yang serius memperjuangkan Indonesia hebat atau Indonesia laknat. Ternyata,
political power itu ditentukan dengan seberapa kuat asset dan daya jelajah
ekonomi. Silahkan anda caci maki media-media nasional yang ada! Namun caci maki
tidak akan berdampak apapun, selama kita tidak mampu membeli saham mereka.
Tentu sangat tidak elok, jika media sebesar METRO TV, MNCTV, VIVAGROUPS,
KOMPAS, Gramedia, lalu hanya dilawan dengan PKSPIYUNGAN.