JAKARTA (HN) – Pemilihan Presiden 2014 diprediksi menjadi pertarungan seru antara calon presiden yang diusung PDI-P Joko Widodo (Jokowi) dengan calon presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sedangkan calon presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakrie dipandang sekadar sebagai penari latar.
“Pilpres 2014 sudah terbaca hanya milik Jokowi dan Prabowo. Sisanya, kalau pun ada tiga pasangan, misalnya Ical ikut maju, sekadar sebagai penari latar saja,” katanya Pengamat Politik Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens di Jakarta, Selasa (15/4).
Boni memprediksi, Jokowi berpeluang besar memenangkan pertarungan meski harus menghadapi perlawanan ketat Prabowo. Kondisi itu dimungkinkan mengingat Gerindra lihai memainkan angin sehingga sejumlah parpol termasuk Demokrat dan PAN pun tertarik bergabung dalam koalisi. Sedangkan PDI-P hingga kini baru memastikan bergandengan tangan dengan NasDem.
Menurut Direktur Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi, kendati Jokowi diprediksi keluar sebagai juara, bukan tak mungkin hasil sebaliknya. Jokowi bisa tumbang, kata dia, jika PDI-P masih memanfaatkan strategi sama seperti Pemilihan Legislatif pekan lalu.
Burhanuddin Muhtadi mengatakan, salah satu penyebab PDI-P tak meraih suara yang ditargetkan dan faktanya hanya meraup 19 persen suara Pemilu Legislatif berdasarkan hasil hitung cepat karena kesalahan strategi Badan Pemenangan Pemilu.
“Pasca quick count kepercayaan diri PDI-P dan Jokowi berkurang. Kalau manajemen PDI-P tak berubah dan masih seperti Pemilu Legislatif, bisa jadi Jokowi kalah,” ujarnya.
Sedangkan Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, Jokowi dan Prabowo tidak perlu pusing menentukan calon wakil presiden yang akan mendampingi mereka maju di Pemilu Presiden. Siapa pun cawapres yang dipilih, menurut dia, tak akan banyak berpengaruh karena elektabilitas mereka cukup tinggi. “Sedangkan Ical harus hati-hati menentukan cawapres supaya elektabilitas dia meningkat,” katanya. | harian-nasional